안녕하세여, 친구들 (Annyeonghaseyo, chingudeul)…
Sekurangnya 17 orang meninggal dunia akibat gelombang panas selama akhir pekan kemarin di seluruh Korea Selatan (Korsel). Pihak berwenang pada Senin (31/7/2023) mengatakan, sebagian besar yang meninggal adalah petani lanjut usia yang bekerja di luar dalam cuaca panas ekstrem.
Sejak peringatan gelombang panas pertama musim ini diberlakukan pada pertengahan Juni, negeri Gingseng tersebut telah dilanda panas terik. Suhunya mencapai yang tertinggi baru-baru ini sekitar 35 C di banyak bagian negara.
Berita Terkait...
Dilansir kantor berita Yonhap, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea dan otoritas kebakaran nasional mencatat sedikitnya 17 orang tewas akibat gelombang panas selama akhir pekan. Provinsi Gyeongsang Utara paling terpukul, dengan tujuh petani tua tewas.
Seorang pejalan kaki berusia 60-an dilaporkan tiba-tiba jatuh di jalur tanah pertanian di kota provinsi Gyeongsan pada pukul 13.24, Ahad waktu setempat. Suhu tubuhnya diukur pada 39,2 C.
Dia dipindahkan ke rumah sakit dalam keadaan serangan jantung tetapi meninggal. Seorang petani berusia 80-an pingsan dan meninggal sekitar pukul 14.10 pada Ahad saat bekerja di sebuah pertanian di kota Mungyeong dan seorang petani lain berusia 80-an meninggal di Kabupaten Yecheon, keduanya di Provinsi Gyeongsang Utara.
Pihak berwenang juga menyelidiki apakah gelombang panas menjadi penyebab di balik kematian seorang warga berusia 70-an dari Gunsan, Provinsi Jeolla Utara, yang ditemukan tewas di halaman rumahnya. "Semua korban memiliki suhu tubuh yang tinggi ketika mereka ditemukan," kata pihak berwenang.
Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, enam orang diperkirakan meninggal akibat panas pada hari Sabtu, sementara 73 orang menderita penyakit yang berhubungan dengan panas.
